Senin, 09 Maret 2009

Konsep Ekonomi Kerakyatan

Pendahuluan


Krisis global “Made in USA”

Kapitalisme menghancurkan dunia, kalimat tersebut saat ini bukan lagi milik kelompok kiri radikal yang selama ini selalu meneriakan slogan ponolakan anti kapitalisme dengan segala instrumennya (MNC-TNC). Namun slogan tersebut mulai nyaring di dengar dari beberapa Negara atau actor yang selama ini di pandang akrab dan mendukung langkah-langkah kapitalis yang pro pasar bebas, liberalisasi dan penerapan ekonomi tidak sempurna lewat pasar financial.

Kedigdayaan Amerika serikat sebagai icon dari kapitalisme global pasca kemenangannya atas komunisme dengan runtuhnya Soviet di pandang sebagi Negara tersukses yang telah menerapkan kebijakan ekonomi global yang pro pasar sehingga menempatkan posisi AS sebagi Negara super power terutama dalam bidang ekonomi kini mulai menemui ajalnya. Bagaimana tidak setelah great depression pada decade 30an yang ternyata terselamatkan dengan adanya perang dunia II dan lahirnya bretton woods agreement, berimbas pada melejitnya AS sebagai salah satu actor dominant dalam perkembangan ekonomi-politik internasional dan sekarang gelombang krisis besar sedang mendera AS.

Dewi fortuna menjauh dan awan medung mulai menyelimuti AS. Resesi yang terjadi di AS saat ini dinilai lebih dahsyat dari sebelumnya (great depression 30an) AS menghancurkan dirinya sendiri inbas dari gelembung ekonomi yang di ciptakanya kini telah pecah dan ternyata berimbas pada stabilitas ekonomi global.

Resesi ekonomi AS berawal dari adanya kasus subprime mortgage atau kredit macet sektor perumahan. Kondisi tersebut menghantam dunia perbankan AS yang berdampak pada ambruknya pasar modal AS dengan anjloknya indeks saham di New York Stock Exchange (NYSE). Kelesuan ekonomi AS tersebut diperparah melambungnya harga minyak dunia hingga menyentuh harga 105 dolar AS per barel yang memberi kontribusi terhadap tekanan terhadap perekonomian negeri paman sam tersebut. Bukan hanya itu penumpukan hutang nasional hingga 8,98 Trilyun USD sedang in-come PDB-nya hanya 13 Trilyun, selain Program pengurangan pajak koorporasi sebesar 1,35 Trilyun yang secara otomatis mengurangi pendapatan Negara. Selain itu Kebijakan kontrofersial Bush untuk perang Afganistan dan Iraq di pandang keliru di tinjau dari segi ekonomi karena menghabiskan anggaran yang sangat besar.

Kondisi internal dan eksternal yang kurang kondusif menggiring melemahnya nilai tukar dolar AS terhadap euro dan yen sehingga memicu kenaikan harga komoditas internasional seperti minyak, batu bara, gas alam dan emas. Ketergantungan industri AS akan minyak masih dominan sehingga menambah deret keterpurukan ekonomi AS. Konsekuensi dari peristiwa tersebut berdampak pada stagflasi dimana akan terjadi percepatan laju inflasi global yang mendorong perlambatan ekonomi, dan selanjutnya krisis akan jadi milik kita semua bukan atas nama individu melainkan nasib suatu bangsa.

Respon pemerintahan SBY-JK

Krisis finansial AS kontan berimabs negatif bagi perekonomian domestik, namun pemerintah sebagai eksekutif (eksekutor) enggan menyatakan Indonesia sedang dalam labirin krisis global hal tersebut sangat kontra dengan realita ekonomi domestik, oleh sejumlah ekonom situasi Indonesia saat ini lebih parah dari krisis 1998 yang ketika itu hanya menghantam sektor ekonomi makro dan sektor ekonomi mikro tetap melaju, berbeda dengan krisis sekarang 2008 (krisis jilid II) gelombang besar krisis tersebut menghantam sektor ekonomi makro maupun mikro sehingga terjadi koreksi atas APBN 2008.

Pada tataran makro ekonomi dapat di lihat beberapa indikator ketidak stabilan dan kerapuan ekonomi antara lain, anjloknya nilai tukar rupiah atas dolar dari semula berkisar Rp.9000,00 per dolar melemah sampai level Rp.12.000,00 per dolar, pelemahan ini berimbas pada sentimen negatif pasar perbankan di tunjukan dengan penarikan dana di beberapa bank nasional karena tidak ada jaminan dari pemerintah sehingga memaksa pemerintah menaikan suku bunga BI yang mencapai 10% yang ternyata berimbas pada sektor ekonomi reil akan sukubunga kredit yang tinggi. selain itu pengakuisisan bank mandiri atas bank sinar harapan dengan jumlah aset sebesar Rp.265 triliun menunjukan kondisi perbankan (ekonomi makro) yang tidak sehat.
pada tataran ekonomi mikro dapat diperhatikan dengan seksama beberapa indikator yang membuat sektor ini seperti "hidup enggan mati tak mau" penurunan neraca eksport karena permintaan yang sedikit dari pasar internasional memkasa beberapa komoditi ekspor tidak laku di pasaran internasional sehingga beberapa industri kecil menengah gulungtikar. Hal tersebut di perparah dengan melonjaknya harga BBM bebrapa waktu lalu. pada industri manufaktur juga terjadi kelambatan produksi karena lesunya permintaan dan cost oroduksi yang meningi sehinnga pemerintah mengeluarkan kebijakan kontrofersial yaitu SKB 4 menteri. Tingginya angka pengangguran karena PHK masal yang menurut Depnakertrans di perkirakan Sekitar 500 ribu hingga 1 juta orang di Indonesia bakal terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga akhir 2009 akibat krisis global. Dana talangan yang di keluarkan BI sebesar Rp.300 triliun dengan dalih melindungi pasar domestik ternyata tidak membawa perubahan signifikan. sejauh ini pemerintah telah mengeluarkan 10 langkah kebijakan pamungkas untuk menanggulangi krisis global. Bagai mana hasilnya masih menjadi misteri.


People Power

Berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi dan bermartabat dalam kebudayaan kesemuanya merupakan selogan yang pernah di dengungkan Ir.Soekarno dalam menghadapi perang dinggin sehingga mengangkat moral bangsa Indonesia. Belajar dari sejarah serta relitas situasi social Indonesia maka kita dapat menemukan jawaban untuk keluar dari krisis global yaitu People Power, dimana pemberdayaan sector ekonomi rakyat antara lain, Sektor pertanian yang mencakup pertanian, kehutanan, peternakan, dan perikanan turut berkontribusi 4,3 persen terhadap pertumbuhan perekonomian nasional. Masih lebih tinggi 0,1 persen dari industri pengolahan. Walau belum setinggi sektor usaha lain, seperti konstruksi (7,9 persen) atau pengangkutan dan komunikasi (19,0 persen), sektor pertanian menampung beban yang sangat besar. Sebanyak 42,5 juta orang dari 108,1 juta angkatan kerja nasional bekerja di sektor ini. Meski kontribusi sektor pertanian sudah terbukti dalam perekonomian nasional, kebijakan pemerintah masih belum komprehensif. Sampai sekarang, pengembangan pertanian nasional masih belum terintegrasi dengan kebijakan perindustrian dan perdagangan.



Latar Belakang Penulisan

Dalam ilmu hubungan internasional kita mengenal hubungan interdependensi, dimana seluruh Negara di dunia memiliki hubungan saling membutuhkan dan saling mempengaruhi terutama dalam sector ekonomi. Krisis ekonomi yang bermula di AS secara nyata berimbas langsung pada Negara maju maupun negara berkembang tidak terkecuali Indonesia. Fenomena tersebut menimbulkan Perubahan konfigurasi ekonomi internasionl yang memaksa Indonesia harus membangun fundamental ekonomi sesuai dengan potensi (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang bertujuan untuk menghadirkan keunggulan komparatif (comparative advantage) sehingga dapat bersaing dalam ekonomi internasional.
Pada dasarnya ada dua hal yang hendak di deskripsikan olah penulis dalam penulisan ilmiah ini antara lain :
1. faktor apakah yang paling dominan sehingga memicu terjadinya krisis ekonomi AS yang berimbas pada stabilitas ekonomi global?
2. Bagaimana konsep ekonomi rakyat dapat mendorong peningkatan ekonomi Indonesia sehingga terhindar dari krisis global dan dapat mandiri secara ekonomi?


Tujuan Penulisan

Penulisan ini di harapkan dapat menditeksi problematika keterpurukan ekonomi global, dan bagaimana Indonesia agar bisa keluar dari krisis, serta membangun fundamental ekonomi sesuai dengan SDM dan SDA yang tersedia, Sehingga dapat menghadirkan hubungan interdependensi yang sinergis.


Daftar Pustaka

- De soto, Hernando. The mystery of capital, rahasia kejayaan kapitalisme barat. Qalam, Yogyakarta 2006.
- Setiawan, Bonnie. Peralihan kapitalisme di dunia ketiga, teori-teori dari klasik sampai kontemporer. Insis press,KPA dan Pustaka Pelajar. Jakarta 1999.
- Herinowo, Cyrillus. IMF, penaganan krisis dan Indonesia pasca-IMF. Gramedia pustaka utama. Jakarta 2004.
- Stiglitz, E Joseph. Dekade keserakahan, era’90-an dan awal mula petaka ekonomi dunia. Marjin kiri cipta lintas wacana. Tangerang 2006.
- Jackson, Robert & Sorensen, Georg. Pengantar studi hubungan internasional. Pustaka pelajar. Yogyakarta 2005.
Jurnal & Artikel
- Jurnal Ekonomi Rakyat :
Sri-Edi Swasono, SISTEM EKONOMI INDONESIA.Artikel-Th.I-No.2-April 2002.
Mubyarto, EKONOMI RAKYAT INDONESIA. Artikel - Th. I - No. 1 - Maret 2002.
Frans Seda, KRISIS MONETER INDONESIA. Artikel-Th.I-No.3-Mei 2002.
- Reihana Mohideen, Krisis Finansial Global: Dampaknya terhadap Asia,
Diambil dari Links; International Journal of Socialist Renewal, Anxious Depositors Withdraw Cash from Asian Banks”, oleh Keith Bradsher dan Heather Timmons, New York Times, September 25, 2008. Diterjemahkan oleh NEFOS.org.
- www. Kompas. com :
Sri Hartati Samhadi, Awas! Babak Kedua Krisis Global. Jumat, 31 oktober 2008.
Hermas E Prabowo, Menuju Negara Pertanian Termaju di Dunia, selasa, 9 desember 2008.


Related Article:

1 comments:

Anonim mengatakan...

membaca seluruh blog, cukup bagus


 
Copyright 2010 CAKRAWALA INSTITUTE. All rights reserved.
Themes by Bonard Alfin l Home Recording l Distorsi Blog